Dua tahun berjalan, masyarakat Kota Kediri terus berbenah. Selokan,got,dan gorong-gorong baru bermunculan. Pembangunan marathon yang dimulai pada 2015 ini juga merenovasi sejumlah kanal pembuangan dengan memperbesar kapasitas tampungnya. Total ada 833 saluran air (waterways) yang dibangun. Air yang menguasai jalan setiap hujan mengguyur deras, kini telah menemukan ruangnya sendiri. Warga juga memperbaiki saluran lama yang mampet, beraroma tak sedap, dan kerap dituding sebagai penyebab genangan air “Perbaikan secara massif yang dimulai pada 2015 itu terus berjalan hingga tahun ini,” tutur Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar.
Selain sampah dan ruang hijau, banjir adalah masalah serius masyarakat perkotaan, termasuk Kota Kediri. Adalah program pemberdayaan masyarakat (Prodamas) yang member keleluasaan bagi warga di setiap RT untuk membenahi lingkungan masing-masing. Menariknya, Prodamas bukan semata menyerap dan menampung aspirasi dan gagasan atau ide masyarakat. Pemerintah Kota Kediri juga mengucurkan anggaran Rp.50 juta untuk setiap RT. Tidak hanya waterways, dalam tempo relative singkat Prodamas telah menghasilkan 142 resapan air (water infiltration) yang sangat penting bagi kota yang sebagian wilayahnya merupakan dataran rendah dengan tingkat kelerengan 0-40% ini.
Apalagi, ada empat sungai lain yang melintasi Kota Kediri, yaitu Sungai Kresek sepanjang 9 kilometer; Sungai Parang sepanjang 7,5 kilometer, Sungan Kedak sepanjang 8 kilometer dan Sungai Ngampel sepanjang 4,5 kilomete. Dengan topografi seperti ini, ketersediaan resapan air menjadi kebutuhan mendasar bagi Kota Kediri. Dalam setahun, warga juga mengubah 522 titik jalan yang sebelumnya setapak (tanah) menjadi paving. Mereka berkerja dengan bergotong-royong, bahu-membahu. Bagi masyarakat Kota Kediri, Prodomas merupakan program pembaharuan yang cepat. Tercatat sebanyak 136 titik jalan telah dirabat (rebated road). Tidak ada keluhan lagi tentang jalan rusak, berlubang, atau becek. “Perbaikan jalan ini berkesinambungan. Tak berhenti di situ, Prodamas juga menghasilkan 251 pos keamanan lingkungan. Bedanya, seluruh poskamling itu kini dilengkapi dengan CCTV di setiap sudut area public. Hal lain, yaitu pendirian Balai RT/RW. Hingga saat ini, sudah ada 83 lingkungan RT yang mendirikan Balai RT/RW yang digunakan jembatan sosialisasi yang lebih intens di antara warga RT/RW. Pembangunan bidang infrastruktur (fisik) di Prodamas sejatinya 60%, dan yang 40 % adalah pembenahan bidang sosial dan ekonomi. Di bidang sosial, sejumlah RT menggunakan dana Prodamas untuk menyantuni penduduk miskin lanjut usia. Santunan itu berupa natura atau makanan dalam skala tertentu. Prodamas juga untuk melestarikan kegiatan seni dan budaya lokal. Bentuknya memenuhi peralatan yang dibutuhkan. Kemudian juga melengkapi peralatan yang dibutuhkan.
SUMBER : Koran Sindo