Apabila Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikenal dengan kegiatan blusukan, namun lain halnya dengan Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel) H Syahrul M Pasaribu SH. Politisi dari Partai Golongan Karya (Golkar) itu lebih dikenal dengan kegiatan maruda marlasniari (mar-mar style) dengan kalimat lain tidak mengenal hujan, panas, siang dan malam berkerja untuk rakyat. Mar-mar style inilah yang membuat sosok bupati lebih dekat dan dikenal oleh masyarakat. Semua kalangan baik anak-anak, dewasa, orang tua, mengenal Syahrul M Pasaribu.
Kegiatan keluar masuk desa hingga yang paling terpelosok itu bertujuan untuk langsung menampung seluruh aspirasi dari masyarakat. Hasilnya, pada 2015, kondisi jalan kabupaten dalam keadaan yang disignifkan sebesar 48,87% apabila dibandingkan dengan awal-awal memimpin hanya 34,59%. Selanjutnya, kondisi jalan rusak mengalami penurunan drastic dari 38,37% pada 2011 menjadi 17,49% pada 2015. Untuk kondisi jalan kabupaten dalam keadaan rusak berat juga mengalami penurunan. Jelasnya, pada 2011 jalan dalam keadaan rusak berat 3,73%, sedangkan saat ini menjadi 2,82% pada 2015. Selain itu, berkat kegigihan beliau dalam menggiring anggaran dari pemerintah pusat, saudara kandung dari Ketua Komisi VII DPR-RI Gus Irawan Pasaribu, pantas dicatat dalam sejarah karena dia berhasil menuntaskan perbaikan Jalan Nasional (Jalinsum) Aek Latong yang sudah banyak menelan korban. Bukan hanya itu, Syahrul juga berhasil membangun komplek perkantoran terpadu yang megah di Sipirok sebagai ibukota Kabupaten Tapsel saat ini dengan anggara Rp.202.681.334.000. Padahal sebelumnya, kantor-kantor dinas Tapsel berada di Kota Pandangsidimpuan.
Dia mengakui, pada awal terpilih menjadi bupati, kondisi infrastruktur jalan, baik milik kabupaten, provinsi dan nasional di daerah itu terbilang memperihatinkan. “Namun, seiring berjalannya waktu, atas kerjasama yang baik dari seluruh pihak, maka perlahan sudah diperbaiki dan Alhamdulillah, waktu tempuh antar daerah saat ini sudah berhasil dipangkas,” tuturnya. Lebih lanjut dia mengatakan, khusus untuk jalan milik Negara selain Aek Lontong, peningkatan Jalinsum Sipirok-Pal XI sudah terlaksana. Selanjutnya, Pal XI hingga batas Kota Padangsimpunan. Selain itu, peningkatan pelebaran jalan nasional dari batas Kabupaten Tapsel-Tapteng hingga batas Kota Padangsimpunan sudah dikerjakan. “Saat ini mega proyek pengerjaan jalan nasional adalah dari Batangtoru – Riania – te (Tapsel) hingga Batu Mundom – (Kabupaten Mandailing Natal) dengan anggaran Rp289 miliar lebih,” ujarnya.
Suami dari Hj Saufia Lina itu mengatakan, untuk pembangunan jalan Negara dengan multi years contrack (MYS) Rianite – Batu Mundom, pemerintah pusat pada 2015 mengucurkan anggaran sebesar Rp289 miliar. Sedangkan untuk pembangunan Jalinsum Batu Jomba pemerintah pusat memberikan anggaran sebesar Rp24.297.000.000.” Semua itu terlaksana atas pendekatan yang dilakukan oleh bupati ke pemerintah pusat,” tuturnya. Saat ini, Tapsel juga sudah membangun gedung meteorology dengan pagu anggaran sebesar Rp3,5 Miliar dan kontrak Rp3 miliar lebih.
Kerja keras yang dibuat oleh Syahrul M Pasaribu, ternyata memberikan dampak positive kepada daerah lain seperti Kabupaten Padanglawas Utara (Paluta), yaitu dengan dibukanya jalan dari Mandalasena, Kecamatan Saipar Dolok Hole (SDH) menuju Padanglawas Utara. Selanjutnya, Pargarutan Luat Harangan ke Desa Simandiangin-Batugana, Kabupaten Paluta. Selain itu, pembukaan dan peningkatan jalan yang menghubungkan Kecamatan SDH dengan Kabupaten Paluta, tepatnya Desa turunan ke Desa Simambal/ Sibio-Bio sudah tuntas kurun waktu 2013 hingga 2016.
Selanjutnya. Pembangunan jalan dari Desa Sihulambu, Kecamatan Aek Bilah menuju Desa Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara dan Desa Padang Mandailing. Kecamatan SDH menuju ke Desa Maratolang, Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara.
Dia berharap kepada seluruh elemen masyarakat di Tapsel agar tetap menjaga kebersamaan dan kekompakan, sehingga pembangunan Tapsel akan lebih meningkat dari tahun ke tahun.” Saya berharap doa dari masyarakat untuk membangun Tapsel ini, sehingga apa yang sudah dirasakan saat ini dapat ditingkatkan dimasa yang akan datang,” tegasnya.
Masyarakat di desa itu, dahulu, apabila ingin pergi belanja dan mengantarkan anak sekolah ke Sipirok, warga di desa tersebut harus menginap. Sebab, mereka takut kemalaman di jalan karena jarak yang ditempuh sangat jauh. Namun, saat ini, warga sudah banyak yang pulang pergi dalam satu hari ke Siporok. “Sekarang masyarakat di desa ini sudah merasakan kemerdekaan, karena semua fasilitas sudah kami rasakan setelah kepemimpinan beliau,” tuturnya.
Dijelaskannya, pembangunan yang dilakukan secara berkesinambungan itu berdampak langsung untuk perekonomian masyarakat di desa tersebut. Sebab, warga dapat langsung menjualnya ke pasar tanpa prantara. Masyarakat di desa tersebut akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Syahrul M Pasaribu. “Andainya dia bisa memimpin lebih lama lagi, masyarakat akan mendukungnya,” tegasnya. Dia menambahkan, kuda saat tidak lagi sebagai alat transportasi utama, karena sudah bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat.
(SUMBER : Zin Ul Haq Nasution – KORAN SINDO Kamis, 11 Agustus 2016)